Cerita e-paspor part 1 : Mengantri di kantor imigrasi

Kali ini saya mau berbagi pengalaman mengganti paspor biasa ke e-paspor dimana proses penggantian e-paspor itu ternyata prosesnya kurang lebih sama dengan pembuatan paspor baru. Cerita Part 1 ini baru seputar proses mengantri di kantor imigrasi. Kantor Imigrasi yang bisa melayani pengajuan e-paspor ini baru tersedia hanya di beberapa kota saja yaitu Jakarta, Surabaya dan Batam. Dan untuk pengajuan e-paspor saat ini tidak bisa atau mungkin belum bisa untuk dilakukan secara online. Karena domisili saya di kota Cimahi (bukan bandung) maka yang harus disiapkan selain persyaratan berkas-berkas adalah waktu , tenaga dan siapkan fisik dan mental hehehee.

Setelah sebelumnya mencari-cari info di google untuk proses pendaftaran e-paspor ini hampir semua info nya kurang lebih sama dan yang utamanya adalah
masalah di antrian. Ada yang menyarankan datang jam 3 pagi sudah harus hadir di depan gerbang kantor imigrasi. Pagi itu tepatnya jam 2 dinihari saya sudah bersiap berangkat menuju Kantor Imigirasi Kelas 1 Jakarta Selatan di daerah Warung Buncit . Rencananya mau mulai antre disana pukul 4 dan estimasi perjalanan Cimahi - Jakarta sekitar 2 jam. Berangkatlah saya ditemani istri dengan mobil pribadi Alhamdulillah perjalanan lancar lewat tol cipularang dan tiba tepat hampir pukul 4 Pagi.

Tiba di Kantor Imigirasi pada pukul 4 pagi , ternyata informasi yang disarankan rekan-rekan blogger itu ternyata benar sudah banyak orang yang berkerumun di depan gerbang kantor imigrasi tersebut ada sekitar 20-30 orang. Entah mereka datang dari jam berapa dan ada yang membawa anak balita serta bayi yang masih di gendong. Karena gerbangnya belum dibuka maka kerumunannya berada di sepanjang trotoar ada sekitar 7-8 mobil terparkir diluar kantor imigrasi hingga sepanjang jalan. Kalau dipikir-pikir mungkin terasa aneh ada banyak orang berkerumun di pinggir trotoar dimana suasana jalan raya masih sepi dan belum banyak kegiatan.

Sekitar pukul 5 pagi akhirnya gerbang dibuka oleh satpam yang bertugas di kantor imigrasi tersebut, ada 3 orang satpam yang bertugas kalo tidak salah. Disinilah kehebohan mulai terjadi, layaknya peserta lomba maraton yang menunggu aba-aba tanda start mulai berlari, begitu gerbang kantor imigrasi itu dibuka para pengantre langsung berhamburan tergesa-gesa bahkan ada yang berlari-lari sampai terjatuh. terdengar celetukan ibu-ibu yang sudah agak berumur begini : "wah kalau begini enak yang masih muda,bisa dapet antrian duluan!" si ibu itu mungkin agak kesel karena dia datang lebih pagi dari yang lain. saya sendiri yang awalnya berjalan biasa dan sempat terdiam kaget liat orang-orang berhamburan di gerbang dan setelah itu segera mempercepat langkah agar mendapat antrian yang tidak terlalu di belakang. ya begitulah kondisinya mengantri dari jam 4 pagi itu lalu berlari-lari  menuju pintu depan kantor itu untuk apa? ya untuk mengantri lagi. Kondisi mengantri untuk mengantri  itulah kenapa harus mempersiapkan mental dan fisik bagi yang akan mengurus paspor baik paspor biasa maupun e-paspor. Ini langkah-langkahnya kalau mau dapet nomor antrian cepat di Kantor Imigrasi :


  1. Datang ke kantor imigrasi se-pagi mungkin ( jam 3 dini hari)
  2. Berkerumun di depan Kantor Imigrasi kalau bisa di depan tepat di depan gerbang 
  3. Siap-siap berlari ketika gerbang pertama kali dibuka menuju antrian selanjutnya yaitu depan pintu kaca kantor imigrasi.

Kondisi yang saya ceritakan apa adanya dan berdasarkan kejadian nyata yang dialami sendiri, mengenai penilaian manusiawi atau tidaknya silahkan anda punya pendapat masing-masing. Kalau dari sudut pandang saya ini banyak hal-hal yang disayangkan dan sebetulnya bisa tidak perlu seperti ini. dan apakah yang membuat aturannya peduli dengan hal ini? entahlah , mungkin karena mereka belum pernah merasakan mengantri atau punya banyak  hal penting lain yang harus dipikirkan maka kondisi mengantri di kantor imigrasi ini akan terus begini. Ditambah dengan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan budaya antri, mendahulukan yang lebih tua/balita/ penyandang cacat. Karena kondisi ini juga terjadi sewaktu saya mengajukan paspor biasa di Kantor imigirasi bandung antrian dari jam 4 pagi juga, hanya di bandung waktu itu kondisinya lebih kondusif, sudah tertib mengantri sejak dari gerbang.

Solusi yang terbesit di benak saya untuk mengurangi antrian mungkin sebaiknya untuk pengambilan nomor antrian ini menggunakan sistem booking online H-1 (pesan 1 hari sebelum datang ke kantor imigrasi ) dan dikenakan biaya awal ambil nomor antrian misalnya sebesar Rp. 100.000,- untuk menghindari orang iseng yang sekedar mendaftar bukan yang benar-benar membutuhkan layanan paspor. Biaya ini nantinya bisa dimasukan ke biaya paspor sehingga tinggal dikurangi dari biaya pendaftaran nomor antrian tersebut. Ketika sudah melakukan booking online tersebut nanti muncul jam dan waktu pelayanannya sehingga bisa mengurangi kejadian orang yang harus mengantre dari jam 4 pagi dan berebut masuk gerbang untuk mendapatkan nomor antrian paling awal. Gimana? keren kan idenya? oiya untuk proses pendaftaran e-paspor selanjutnya nanti saya ceritakan di Cerita e-paspor part 2....

Tsuzuku (「つづく」) or "To Be Continued"









Share:

0 Comments: